Pulangnya Rumput Laut ke Laut Nusa Penida

Pulangnya Rumput Laut ke Laut Nusa Penida

Pulau Nusa Penida sudah memiliki potensi pertanian rumput laut bahkan sebelum berkembangnya sektor pariwisata. Sayangnya, dari seluruh wilayah di Nusa Penida, produksi rumput laut hanya terpusat di satu titik yakni di Dusun Semaya. Permasalahan rumput laut menjadi semakin rumit dengan adanya kondisi di Nusa Penida yang berkembang saat ini. Limbah hotel dan restoran mencemari perairan di sekitar pulau, merusak kualitas air laut. Belum lagi turunnya kualitas rumput laut sehingga menjadi tidak menarik untuk dibudidayakan. Kondisi ini menyebabkan turunnya kualitas produksi sehingga harga jual menjadi relatif murah, yakni hanya mencapai Rp. 2.500 rupiah per kg. Dengan situasi seperti ini, masyarakat menjadi enggan untuk melanjutkan pertanian rumput laut dan beralih fungsi ke sektor pariwisata yang lebih menjanjikan. Akhirnya potensi rumput laut terbuang sia-sia pada tahun 2015. Berdasarkan laporan Kabupaten Klungkung dalam Angka dari BPS, produksi rumput laut di Nusa Penida tahun 2015 mencapai 106 ribu ton, jumlah ini turun sangat signifikan menjadi 597 ton pada tahun 2017, atau sekitar 99.4%. Meskipun pada akhirnya produksi meningkat pada tahun 2018 menjadi dua kali lipatnya, permasalahan rumput laut harus mendapat perhatian yang lebih dalam bentuk program kerja yang lebih kongkrit.

Kompleksnya isu rumput laut di Nusa Penida juga menjadi satu poin penting di dalam program Pembangunan Berkelanjutan dan Kemandirian Ekonomi Masyarakat serta Pelestarian Ekosistem melalui Sektor Rumput Laut. Program ini merupakan bagian dari Ekologic Nusa Penida yang merupakan kerjasama berbagai macam NGO di bawah Yayasan Wisnu sebagai lembaga payung. Lembaga yang menjadi bertanggungjawab atas program ini adalah Yayasan Kalimajari. Tim Yayasan Kalimajari melakukan uji coba bibit rumput laut dengan jenis Alvarezii merah sejumlah 700 kg dari Pulau Lembongan. Uji coba belum menunjukkan hasil yang menjanjikan karena perbedaan kondisi air di Lembongan dan Nusa Penida. Bibit yang ditanam tidak tumbuh dengan optimal sehingga kebanyakan petani merugi dan lebih memilih menjual bibit yang tersisa. Jenis bibit rumput laut yang cocok ditanam di perairan Dusun Semaya adalah Spinosum dan Cottoni Sakul. Berdasarkan hasil ujicoba yang sudah dilakukan, terdapat beberapa solusi dari Yayasan Kalimajari. Salah satunya adalah pembelian bibit Alvarezii sebagai cadangan ketika bibit Sakul kurang bagus pertumbuhannya, begitu juga sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menjaga produksi supaya tetap stabil. Selain itu perlu ada pembuatan demplot untuk bibit jenis baru di Nusa Lembongan.

Selain proses produksi yang begitu rumit, kegiatan pasca panen juga merupakan aspek vital yang harus diperhatikan. Selama ini petani-petani di Dusun Semaya sudah membuat produk berbahan dasar rumput laut seperti sabun, scrubs, mie, dan juga sirup. Pelatihan pasca panen ini juga merupakan program yang sudah dilakukan Yayasan Kalimajari. Dari sini masalah baru muncul, masyarakat belum bisa memasarkan produk-produk tersebut secara optimal. Di sisi lain, jenis produk tidak sesuai dengan permintaan konsumen. Sabun contohnya, hotel-hotel di Nusa Penida membutuhkan sabun cair alih-alih sabun batang. Salah satu solusinya adalah dengan memanfaatkan marketplace dan juga teknologi untuk mencari pasar. Masyarakat bisa juga mengajukan ijin PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) untuk menjamin keberlangsungan produksi dan juga syarat untuk bisa dititipkan di minimarket atau supermarket. Diharapkan dengan adanya solusi ini industri rumput laut di Nusa Penida berkembang dan memberikan nilai tambah sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published.