Memantapkan Konsep DWE

Home / Memantapkan Konsep DWE

2011 – 2016 (MEMANTAPKAN KONSEP DWE)
2011_TR
Pengorganisasian yang dilakukan Wisnu berdasar pada konsep Bali DWE, yaitu spirit inti-utama yang menjadi ciri keunikan, keistimewaan, atau originalitas masyarakat Bali. Dwe dalam bahasa Bali terkait dengan potensi diri yang patut dikenali dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat dikelola dan dikembangkan untuk kehidupan bersama. Potensi diri desa dapat berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, modal sosial budaya, infrastruktur, dan modal finansial. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada periode ini adalah penataan ruang desa melalui pengelolaan sumber daya komunitas.
Penataan Ruang Desa
2011_TR3 / 2012_SBr
Kegiatan yang dilakukan sebagai kelanjutan dari pemetaan spasial dan sosial budaya adalah pembuatan rencana kelola ruang wilayah desa. Rencana kelola ruang yang sudah disepakati oleh masyarakat desa secara formal perlu diajukan, baik ke tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten dan menjadi bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

Ritual untuk Keseimbangan
2012_Sperahu
Peradaban yang diwariskan para leluhur di Bali adalah peradaban masyarakat agraris yang menghargai tanah, air, udara, dan kehidupan. Penghargaan ini merupakan bentuk kesantunan masyarakat pada alam semesta yang disimbolkan melalui. Kesantunan tersebut disampaikan melalui rangkaian pembersihan diri, upaya penyadaran atas hidup, penyatuan diri dengan semesta, pembangkitan kesadaran puncak, hingga pencapaian kesempurnaan dan kesejahteraan. Sanghyang Grodog di Nusa Lembongan adalah salah satu ritual yang dibangkitkan kembali untuk menjaga warisan tersebut.

Sertifikasi Legalitas Kayu
2013_SVLK
Salah satu bentuk pemberdayaan komunitas adalah melakukan sosialisasi aturan pemerintah dan pendampingan implementasi atas aturan tesebut. Wisnu terlibat aktif dalam penerapan aturan Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) dalam menerapkan sistem penelusuran kayu yang tersertifikasi. Jika para eksportir pengrajin kayu tidak mengikuti sistem ini, dikhawatirkan produk kerajinan kayu Bali tidak lagi bisa menembus pasar internasional. Sistem ini juga diharapkan mampu menjaga kelestarian hutan di Bali.




Tani Lestari
2012_Biogas
Bali Tales (Tani Lestari) merupakan satu konsep yang dikembangkan untuk mengelola pertanian secara lestari. Tani lestari dapat dilakukan dengan cara mengurangi pemakaian zat kimia dan mulai melakukan proses pengelolaan secara organik, memanfaatkan semua sumber daya yang ada dan energi alternatif, mengolah sampah dedaunan dan gulma sebagai pupuk organik, serta meminimalkan limbah. Bali Tales juga menyampaikan pesan, bahwa ‘tales’ sebagai wakil umbi-umbian perlu dikembangkan kembali dalam rangka menggalakan penganekaragaman sumber pangan, bukan hanya beras.


Bali Peduli
2012_Sampah
Perubahan pola hidup dan pertambahan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan jumlah sampah dan jenis sampah yang berbeda. Sampah nonorganik menjadi sangat banyak jumlahnya dan beragam. Plastik sachet dan kemasan isi ulang adalah jenis yang tidak bisa didaur ulang. Sampah jenis ini bisa diolah menjadi produk kreatif, namun tidak terlalu diminati, sehingga tidak bertahan lama. Selain itu, mengolah sampah kemasan tidak berarti akan mengurangi jumlah sampah, melainkan hanya merubah bentuknya. Hal terpenting dalam pengelolaan sampah adalah mengurangi jumlah dan jenis sampah yang dihasilkan.