Menyusur Alas Mertajati Tamblingan

Menyusur Alas Mertajati Tamblingan

Adat Dalem Tamblingan, 4 Oktober 2022

Program Memuliakan Kembali Alas Mertajati Tamblingan sudah dilakukan sejak tahun 2018. Bersama Dedicated Grant Mechanism Indonesia yang dikelola oleh The Samdhana Institute, program ditujukan untuk mengembangkan hutan Adat Dalem Tamblingan Catur Desa Buleleng sebagai pusat belajar hutan lestari berbasis tradisi, untuk mengembalikan kesucian dan fungsi kawasan hutan dan danau Tamblingan sebagai Alas Mertajati.

Sebelumnya, pada tahun 2017 sudah dilakukan kesepakatan kerja sama antara Yayasan Wisnu dengan Adat Dalem Tamblingan di Catur Desa. Hal terpenting dari kesepakatan tersebut adalah Yayasan Wisnu dan Adat Dalem Tamblingan (ADT) akan bekerja sama dalam hal pengembangan program pembangunan Sistem Informasi Adat yang berbasis pada hasil Pemetaan Spasial dan Sosial Budaya di Catur Desa dalam bentuk pangkalan data (data base) Adat untuk mengembalikan kelestarian Alas Mertajati, Sumber Kehidupan masyarakat ADT.

Hal pertama yang dilakukan adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat ADT, khususnya generasi muda tentang  nilai penting mengetahui batas wilayah desa dan segala potensi yang ada di dalamnya, baik potensi sumber daya maupun permasalahannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapainya adalah melalui pemetaan  wilayah dan riset sosial budaya secara partisipatif. Data yang dikumpulkan kemudian diolah secara digital.


Hasil yang diharapkan dari program Memuliakan Kembali Alas Mertajati Tamblingan adalah Masyarakat ADT mendapatkan pengakuan hak pengelolaan hutan adat dan Kawasan Adat Dalem Tamblingan siap dikembangkan sebagai pusat belajar hutan lestari berbasis tradisi. Ada banyak kegiatan yang dilakukan, di antaranya adalah memetakan batas wilayah dan mengumpulkan data potensi kawasan adat, mengadakan Taman Gumi Banten untuk memenuhi kebutuhan tanaman upacara, mengolah sumber daya alam terutama sumber pangan, serta menyusun paket belajar Hutan Lestari Berbasis Tradisi.

Selain paket belajar, melalui program ini juga dihasilkan empat buku, yaitu Profil Masyarakat Adat Dalem Tamblingan, Kekayaan Vegetasi dan Fauna Alas Mertajati, serta Jalan-jalan bersama Putu Cening ke Alas Mertajati dan Mewarnai Kisah Mertajati untuk siswa Sekolah Dasar. Dokumentasi juga dibuat dalam bentuk video, yaitu Sang Sumber Kehidupan dan Kampanye Dukungan pada Alas Mertajati. Kesemuanya bisa dilihat dalam www.wisnu.or.id/books dan laman Youtube Yayasan Wisnu. Sebagai Pusat Belajar Hutan Lestari Berbasis Tradisi, dibangun pula Bale Melajah Alas Mertajati yang energinya bersumber dari sinar matahari. Bale Melajah ini diresmiskan pada tanggal 26 Juni 2021.

Menikmati Kekayaan Oksigen Alas Mertajati
Tim DGM Indonesia, Samdhana, dan World Bank tiba dan disambut di Bale Melajah pada sekitar pukul 9 pagi. Cuaca agak mendung, angin bertiup cukup dingin. Kopi munduk dan teh secang cukup memberikan kehangatan, ditemani klepon serta keripik keladi dan keripik pisang, sambil saling berkenalan dan mendengarkan penjelasan tentang kawasan Alas Mertajati yang disucikan oleh masyarakat ADT. Hal terpenting adalah permohonan untuk mengembalikan Alas Mertajati menjadi hutan adat akan terus diperjuangkan, serta diharapkan tim DGM Indonesia dan The Samdhana Institute akan tetap mendukung upaya yang dilakukan.

Perjalanan mengenal Alas Mertajati dimulai dari Danau Tamblingan, menyusuri danau menggunakan pedau, dari Pura Gubug ke Pura Dalem Tamblingan. Sinar matahari yang tidak terlalu terik memberikan kesan kehidupan masa lalu, terutama karena perjalanan dilakukan dengan mendayung pedau. Satu hal yang pasti, semua peserta mendapatkan oksigen berlebih, sehingga menciptakan ketenangan dan kedamaian.  

Pura Dalem Tamblingan menyimpan tinggalan megalitik, terdapat tinggalan arkeologi berupa lingga yoni yang terbuat dari batuan andesit. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Pura Endek melalui jalan setapak di dalam hutan. Pura Endek atau Kentel Gumi merupakan pura “Ibu”, tempat ditemukannya prasasti Gobleg. Pura ini juga menyimpan tinggalan megalitik sebagai media pemujaan kekuatan alam Alas Mertajati.

Dari Pura Endek, menyusuri tepi hutan, tim kembali ke Bale Melajah. Karena sudah menjelang makan siang, tepat ketika hujan deras turun, kami meninggalkan Bale Melajah menuju Arena Desa Gobleg. Makan siang sudah siap, semua masakan yang disajikan sudah menunggu untuk disantap. Nyammm …

Refleksi “Memuliakan Kembali Alas Mertajati Tamblingan”

Kunjungan DGM Indonesia, Samdhana, dan World Bank kali ini ditujukan untuk melihat langsung hasil dan membicarakan proses yang sudah dilakukan dalam program, serta pembelajaran yang didapatkan. Tim disambut oleh Dane Pengerajeg, Ketua dan Pengurus Tim Sembilan Adat Dalem Tamblingan, aparat Catur Desa, pengurus dan anggota BRASTI, serta kelompok ibu. 

Beberapa pembelajaran yang bisa dipetik adalah:

  1. Masyarakat Adat Dalem Tamblingan mendesain Alas Mertajati sebagai kawasan suci, namun pemerintah mendesainnya menjadi kawasan TWA (Taman Wisata Alam). Setiap daerah memiliki ilmu konservasinya masing-masing, sementara pemerintah ingin menyeragamkannya. Padahal, kekuatan Nusantara justru terletak pada kbhinekaannya.
  2. Tanda-tanda budaya Adat Dalem Tamblingan sudah jelas, artefak dan pura sangat banyak, namun hak kelola belum bisa didapatkan. Ada ketimpangan antara kebijakan dengan kenyataan yang ada di lapangan, urusan legalitas menjadi sangat rumit. Perlu ada cara agar pemerintah mau memperhatikan secara serius.
  3. Keberlanjutan program ditentukan oleh generasi muda yang terlibat. Pelibatan generasi muda perlu terus dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik minat anak muda, sambil memberikan pemahaman tentang Alas Mertajati.

Sebagai penutup, satu puisi dari Bapak Lalu Prima, SC DGM Indonesia:

Ikrar Mertajati

Wahai kamu, apa yg kamu mau …

Apa kamu ingin agar kami tidak mengakui negara kalau negara  tidak mengakui kami

Jika demikian …

Kami akan mengurus wilayah adat kami kalau negara tidak mau mengurusnya …

Biar kamu tahu, Kami bukan tuan bagi alam … 

Alam  darah dan daging dalam tubuh kami

Alam sahabat setia, bukan budak belian yg diperjual belikan

Alam bukan pula wanita malang yg seenaknya bisa  diperkosa

Alam adalah ibu sebagai wakil Tuhan  memberikan kasih sayang seluas semesta 

Alam mengajarkan kami tentang jalan memuja sang pencipta

Alam menyiapkan kami sumber kehidupan agar kami terhindar dari kepunahan

Cukup sudah alam ini kami titipkan

Kamu tidak pernah paham bagaimana mengurusnya

Ini bukan tentang Hidupku – Hidupmu – Hidup kita

Tapi tentang kehidupan

Maka  kembalikan pada  kami untuk mengurusnya …

Hari ini juga…

Leave a Reply

Your email address will not be published.